Inilah
kelemahan fatal manajemen lingkungan hidup di negeri ini. Tragedi asap sudah
terjadi. Penyelesaiannya masih dalam proses. Ternyata 52 perusahaan raksasa ada
dibelakang tragedi tersebut. Enam perusahaan di antaranya adalah perusahaan
asing. Proses hukum tentu akan menjadi bagian untuk menyelesaikan tragedi asap
tersebut. Kita maklum jika pemadaman api dan pemecahan tragedi asap tersebut
telah melibatkan negara lain dengan water bombing segala. Meski penyelesaian
tragedi asap tersebut belum selesai, persiapan untuk menghadapi musim penghujan
pun sudah harus kita pikirkan dan rencanakan. Dalam kesulitan di dalamnya ada
kemudahan. Musim kemarau pasti akan disusul dengan musim pancaroba, dan
kemudian disusul dengan musim penghujan. Itulah siklus abadi peristiwa alam. Dengan demikian, musim penghujan akan dapat menimbulkan tragedi yang lain, yakni banjir.
kemudian disusul dengan musim penghujan. Itulah siklus abadi peristiwa alam. Dengan demikian, musim penghujan akan dapat menimbulkan tragedi yang lain, yakni banjir.
Tanpa
rencana? Tunggulah kegagalan. Itulah makna kata-kata mutiara tersebut. Siapa yang
tidak membuat rencana, tunggulah menerima kegagalan yang kesekian kalinya.
Termasuk kegagalan besar dalam menyelesaikan masalah banjir. Pengalaman
pastilah menjadi pelajaran berharga bagi manusia. Karena experience is the best
teacher.
Sampah adalah masalah kecil menjadi masalah
besar
Masalah
sampah ada di depan mata kita. Masalah sampah yang dihadapi Pemda DKI dan Bogor
adalah masalah sampah yang menggunung. Masalah sampahlah yang justru menjadi
penyebab terjadinya banjir yang terjadi di daerah Kampung Pulo dan daerah mana
saja. Sementara itu masalah sampah bersumber dari masalah lemahnya budaya
membuang sampah pada tempatnya. Saya orang desa. Kakek saya di desa membiasakan
saya membuat lubang sampah organic (LSO) di sekitar rumah. Maklum di kota sudah
tidak ada lahan secuil pun untuk membuat LSO. Tulisan tentang LSO ini telah
saya unggah di laman pribadi www.suparlan.com. Hanya beberapa orang yang
menanggapi LSO tersebut. Maklum, karena budaya ngrumpi di negeri ini belum
berubah menjadi budaya literasi. Apalagi menglimplementasikan tulisan LSO
tersebut dalam kehidupan. Membacanya pun tidak sama sekali.
Konsep
LSO ini berasal dari pengalaman hidup di Desa Tawing, Kecamatan Munjungan,
Kabupaten Trenggalek. Sudah barang tentu di desa-desa lain di seluruh
Nusantara. Konsep LSO sebenarnya sama dengan konsep biopori. Lubang resapan
biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air
dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh
Dr. Kamir R Brata[1] salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada
tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah
organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah,
yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana
ini kemudian disebut dengan nama biopori. Selain IPB yang menjadi inventor
biopori, berbagai kampus lain kini telah memulai membuat biopori untuk penghijauan.
Sejumlah BUMN, perusahaan swasta, stasiun televisi, biro surat kabar, hingga
individu telah membuat biopori sebagai tema utama Hari Bumi 2014.
Rencana
untuk menghadapi musim penghujan seharusnya dimulai dari kegiatan ini. Gerakan
untuk membuat LSO atau gerakan untuk membuat biopori. Gerakan Nasional LSO atau
apa pun namanya Gerakan Nasional Biopori harus dimulai pada awal musim
penghujan. Jika lebih dari 10% atau kalau bisa 25% dari kawasan lahan di negeri
ini telah dapat berhasil melaksanakan Gerakan LSO atau Gerakan Biopori
tersebut, insyaallah bumi kita akan meningkat daya serapnya untuk mengatasi
genangan air. Jika air hujan sebagian besar telah dapat diserap ke dalam LSO
dan biopori, insyaalah (1) hujan yang mengguyur bumi sebagian besar tidak
meluap menjadi banjir, karena dapat diserap oleh bumi, (2) sebagian sampah yang
dihasilkan oleh dapur kita tidak akan menumpuk, tetapi akan menjadi kompos yang
menyuburkan tanah.
Itulah
rencana pertama yang harus dilaksanakan oleh semua orang, mulai semua warga
masyarakat di negeri ini, organisasi sosial kemasyarakatan di negeri ini,
lembaga pendidikan, bahkan didukung oleh seluruh lembaga negara (eksekutif,
legislatif, dan yudikatif), bahkan bersatu padu dengan pihak keamanan dan
ketertiban atau tentara dan kepolisian ikut mendukung gerakan tersebut. Inilah
gerakan preventif untuk menghadapi musim penghujan. Akan lebih efektif jika
gerakan tersebut dilakukan secara preventif. Bukan hanya gerakan yang sifatnya
kuratif. Gerakan yang sifatnya kuratif suatu saat memang masih harus dilakukan.
Karena tragedi bisa terjadi kapan saja. Allah jualah yang menetapkan. Tetapi
yang paling penting adalah gerakan yang sifatnya preventif. Sedia payung
sebelum hujan. Itulah pepatah lama yang sering kita lupakan.
Manajemen Lingkungan Hidup
Manajemen
lingkungan hidup harus digalakkan. Dimulai dengan rencana pertama berupa
Gerakan Nasional Biopori dan LSO merupakan program keniscayaan. Namun Rencana
lanjutan juga harus diadakan. Proses penggundulan hutan harus tetapi dilakukan.
Pengerukan situ dan danau juga jangan dilupakan.
Berdasarkan
pengalaman terjadinya tragedi asap yang sangat susah diatasi, maka perizinan
pembukaan perkebunan besar harus dikendalikan secara cermat dan cerdas.
Intensifikasi dan ekstensifikasi produksi pertanian dan perkebunan memang harus
ditingkatkan. Tetapi jangan sampai merusak lingkungan hidup. Pembangunan
pekebunan dan industri pertambangan dan industri kimia jangan sampai merusak
lingkungan hidup. Tidak benar jika dikatakan bahwa alam tidak bersahabat lagi
dengan manusia. Sebenarnya yang terjadi manusia yang tidak bersahabat lagi
dengan alam. Setahun sebenarnya tidak lebih dari dua belas bulan. Dalam satu
tahun kehidupan kita, sebenarnya kita harus sudah dapat melakukan manajemen
lingkungan hidup yang jelas. Kapan kita harus melakukan Gerakan Nasional
Biopori dan LSO. Kapan pula kita harus melakukan rencana lanjutan agar negeri
ini dapat lebih bersahabat dengan alam. Ataukah kita akan menunggu terjadinya
tragedi dan tragedi lagi? Ya Allah, ampunilah kami, pemimpin dan rakyat di
negeri tercinta ini. Tunjukilah kami jalan yang benar. Aamiin.